"Resensi Kitab I'laam Al-Muwaqqi'iin 'an Rabbi Al-'Alamiin"



“Kitab Putra Sang Pemilik Madrasah" 

Nama Kitab : I’laam Al-Muwaqqi’iin ‘an Rabbi Al-‘Alamiin
Penulis : Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Penerbit : Dar Al-Hadits 
Jilid : 2 Jilid
Muhaqqiq : ‘Ishomuddin Ash-Shabaabithi

Biografi Penulis:

Nama, Laqb dan Kuniyah : Adalah beliau Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa’ad bin Huzair Az-Zur’i ( nisbat kepada Zur’ah ; salah satu desa di Hauran, Damaskus ) Ad-Dimasyqi, berlaqb Syamsyuddin, berkuniyah Abu Abdillah yang masyhur dengan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Dan Jauziyyah adalah nama sekolah yang Ayah beliau menjadi amiin disana.



Kelahiran dan Pertumbuhan

Dilahirkan pada tahun ke-7 bulan Shafar tahun 691 H di Damaskus. Tumbuh di dalam keluarga yang terkenal baik, mengetahui ilmu. Dikatakan bahwa Ibnu Qayyi kecil mulai belajar pada usia ke-6 atau ke-7. Menekuni berbagai ilmu dan keahlian sehingga menjadi piawai terhadap banyak keilmuan terkhusus bidang tafsir, hadits dan ushul. Hingga sampai kepada tingkat pengajaran lalu naik menjadi tingkat kefatwaan dan imam, lalu mengajar di Shadriyah dan menjadi Imam di Jauziyyah.


Guru-guru
Belajar Bahasa Arab kepada Majduddin Abi Bakr bin Muhammad Al-Mursi At-Tunisi ( w 718 H ) dan Muhammad bin Abi Al-Fath Al-Ba’labaki Al-Hanbali ( w 709 H ). Belajar Faroidh secara khusus kepada ayahnya sendiri, Fiqh secara umum kepada Majduddin Ismail bin Muhammad Al-Harani Al-Hanbali ( w 728 H ), Taqiyuddin Ahmad bin Abd Al-Haliim Abi Al-‘Abbas, Ibnu Taimiyah Al-Hanbali ( w 728 H ). Belajar juga kepadanya ( Ibnu Taimiyyah ) Ilmu Ushul dan Shofiyuddin Muhammad bin Abdirrahim Al-Hindi Asy-Syafi’I ( w 715 H ) dan mendengarkan Hadits dari Zainuddin Ibrahim bin Muhammad Abi Nashr bin ASy-Syairazi Asy-Syafi’i ( w 714 H ), Shodruddin Ismail bin Yusuf bin Maktum As-Suwaidi Ad-Dimasyqi ( w 716 H ), Abi Bakr bin Ahmad Abd Ad-Daaim An-Nablusi ( w 718 H ), Taqiyuddin Sulaiman bin Hamzah Abi Al-Fadhl Al-Maqdisi ( w 715 H ), Isa in Abdurrahman Ash-Shalihi Al-Hanbali ( w 717 H ), Ummu Muhammad Fatimah binti Ibrahim bin Muhammad bin Jauhar Al-Baththanihi ( w 711 H ). Sepulangnya Syaikh Taqiyuddin ibn Taimiyyah dari Mesir di tahun 712 H, Ibnu Qayyim memulazamahinya hingga beliau wafat, dan saat itu Ibnu Qayyim telah mengambil banyak ilmu darinya. 

Murid-Murid

Diantaranya, Abdullah putra beliau, Al-Hafizh Ibnu Katsir Penulis Al-Bidayah wa Al-Nihayah dan Tafsir Al-Quran Al-Adziim, Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali, Ibnu Abd Al-Haadi, Syamsyuddin Muhammad bin Abd Al-Qadir An-Nablusi.


Ibadah dan Akhlaq
Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa Al-Nihayah, “ Dia memiliki bacaan dan akhlaq yang baik, sangat berkasih saying, tidak dengki kepada siapapun dan tidak menyakiti serta mengumbar aib, tidak mendendam pada orang, dan Aku adalah orang yang paling sering membersamainya dan paling cinta kepadanya, Aku tidak mengetahui di dunia ini, di zaman ini yang banyak beribadah melebihi dirinya, dan ia memliki cara sholat tersendiri dengan sangat memperpanjangnya, melamakan ruku’ dan sujud, semoga Allah Merahmatinya, mayoritas dirinya adalah kebaikan dan akhlaq yang baik “.

Manhaj dan Aqidah

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah adalah seorang yang memiliki aqidah bersih dan murni, mengembalikan setiap bab dan cabang aqidah kepada Fiqh Al-Quran dan Sunnah, serta kepada apa-apa yang dibawa oleh para Sahabat Nabi SAW, menjauhkan diri dari jalan para Filosof dan manhaj Mutakallimin, melihat kebenaran dalam mengikuti nash-nash dan melaziminya tanpa ta’wil dan ta’thil, tanpa tasybih dan tamtsil, oleh karena itu sikap dan manhaj beliau merupakan perang terhadap kelompok-kelompok sesat dan golongan-golongan pembuat bid’ah, menuangkan cahaya-cahaya hujjahnya kedalam gelapnya hawa nafsu mereka maka tersingkaplah hakekat mereka dan tampaklah kepalsuan mereka, dan beliau adalah penyeru atas kebangkitan akal dan melepaskannya dari perbudakan taqlid, mengobarkan hasrat untuk mencari hujjah, dalil dan mendorong jiwa untuk keluar dari ‘ashobiyah yang tercela dan hawa nafsu yang dibenci.


Dan dari manhajnya, tidak mendahulukan sesuatupun diatas Al-Quran dan Sunnah, tidak menyamakan perkataan sahabat dengan perkataan selain mereka, lalu kemudian berpindah kepada qiyas jika tidak mendapati dalam Al-Quran, Sunnah atau perkataan sahabat, dan melihat qiyas dengan merealisasikan dasar keadilan dengan tidak membolehkan “At-tafriiq bainal mutammatsialain” atau “ Al-Jam’u bainal mukhtalifain” dalam suatu hukum dan juga beliau sesungguhnya berpendapat bahwa qiyas yang benar tidak akan menyelisihi nash yang tetap.



Dan Ibnu Qayyim menyerahkan hidupnya sebagai jihad dalam jalan dakwah, berkeinginan kuat untuk mengembalikan manusia kepada aqidahnya khoirul quruun dan ibadahnya al-mubaasyiriina bi jannatirrahmaan, menyeru untuk meninggalkan kelompok dan perbedaan, dan mengembalikan perselisihan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan beliau disakiti dengan sebab dakwah dan keteguhan atas prinsipnya juga dengan sebab fatwa beliau yang menyelisihi hawa nafsu para pemimpin yang hidup semasanya, dan dipenjara bersama Syaikhnya, Ibnu Taimiyyah di benteng secara terpisah, dan tidak dilepaskan kecuali setelah Syaikhnya wafat, semoga Allah merahmati keduanya.

Karya

Ibnu Qayyim merupakan salah satu dari ulama masyhur yang dianugerahi kemampuan yang besar dalam mengarang, maka banyak ditemukan baik karangan besar maupun kecil terpengaruh olehnya, dan melahirkan banyak karya dengan tulisannya. 

Beberapa karya beliau yang masyhur : Zaad Al-Ma’aad fi hadyi Khoiri Ibad, Haad Al-Arwaah ila Bilaad Al-Afraah, Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, Madaarij Al-Salikiin baina Manazil Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’iin, Tukhfah Al-Wuduud bi Ahkaam Al-Mauluud, Ar-Ruuh, Iddah Ash-Shabiriin, Badaa’I’ Al-Fawaaid, Thariiq Al-Hijratain, Mafaatih Daar As-Sa’aadah, Ash-Shawaa’iq Al-Mursalah ala Al-Jahmiyah wa Al-Mu’aththilah, I’laam Al-Muwaqqi’iin. Dan masih banyak lagi, semoga Allah menjadikannya termasuk dalam timbangan kebaikannya di hari dimana manusia menhadap Tuhannya. 



Wafat
Rahimahullah wafat malam Kamis, 13 Rajab ketika adzan Isya’, dishalatkan dzuhur esok harinya di Masjid Jami’ Umawi dan dimakamkan bersama ayahnya di Pemakaman Al-Baab Ash-Shaghiir, dan lengkaplah umur beliau 60 tahun. Semoga Allah Merahmati beliau.

Kitab I’laam Al-Muwaqqi’iin :
I’laamu Al-Muwaqqi’iin ‘an Rabb Al-‘Aalamiin merupakan kitab milik Ibnu Qayyim yang paling banyak faedahnya dan paling banyak manfaatnya, memuat banyak dalil-dalil ushuliyyah manhajiyyah disajikan dengan paparan yang baik dan tata bahasa yang mudah dipahami, dan mencakup banyak dari hukum-hukum fiqih dalam tema yang bermacam-macam ditopang oleh dalil dari nash-nash Al-Kitab, Sunnah dan perkataan sahabat.
Dan kitab ini menempati jenjang atas dalam perlawanan terhadap kesalahan dan kebathilan, serta menghadapi berbagai bid’ah, hawa nafsu dan pemikiran merusak, melawan semua hal tersebut dengan aliran deras dalil, hujjah yang saling berlomba dan mengikuti dalam menegakkan kebenaran dan menghempaskan kebathilan. 

Buku ini sangat recomended untuk dibaca terkhusus para penyelam ilmu Ushul Fiqh. Bisa dijumpai di Ruangan Bahasa Arab kolom 2.8 Ilmu Ushul Fiqh dengan dua nuskhah berbeda sehingga menyuguhkan tahqiiq yang bisa dipadu.
Oldest