*Komentar Abu Ali al Ghassani terhadap at-Tamhid, “Tak Seorangpun Mampu Menandingi Penulisan Kitab ini” "Kitab At-Tamhid Lima fil Muwatha' minal Ma'ani wal Asanid"

“Tak Seorangpun Mampu Menandingi Penulisan Kitab ini”
Imam Ibn Abdil Barr (368 H-463 H). Salah seorang ulama besar yang menjadi kebanggaan “Barat”. Ulama yang memiliki nama lengkap Yusuf bin Abdillah bin Muhammad bin Badil Barr bin ‘Ashim an Namary al Qurtubi ini memiliki kunyah Abu Umar. Beliau lahir di negeri Andalusia, meski demikian ia adalah seorang keturunan Arab Murni. Dibesarkan di kota Cordoba, ayahnya adalah seorang penyair yang mencintai ilmu. Akan tetapi Ibnu Abdil Barr menjadi yatim sejak usia 12 tahun.
Salah satu karya monumentalnya adalah At-Tamhid Lima fil Muwatha’ minal Ma’ani wal Asanid atau yang biasa disebut kitab “at-Tahmid”. Merupakan Syarah Muwatha’ Imam Malik bin Anas.
Perjalanan intelektual Ibnu Abdil Barr berkutat di Negeri Andalus. Jika Imam Malik menuntut ilmu dengan berkeliling kota Madinah, maka Ibnu Abdil Barr juga berkeliling menimba ilmu dari satu daerah ke daerah lain, namun tidak pernah keluar dari Negeri Andalusia. Hal ini karena adanya “fitnah Barbarian” yang terjadi di akhir abad 4 Hijriyah.

Jika Imam Malik menyusun Muwatha’ dalam tempo 40 tahun, maka Ibn Abdil Barr menulis Syarh Muwatha’ (Yaitu At-Tamhid) dengan berbagai usaha selama 30 tahun. Maka tidak heran kitab yang aslinya ditulis dalam 70-an jilid ini menjadi kitab yang fenomenal. Sebagaimana pula Muwatha’ Imam Malik menjadi kitab acuan bagi generasi berikutnya dalam penyusunan hadis, at-Tahmid juga menjadi acuan bagi kitab-kitab Syarh Hadis sekaligus Fiqh bagi ulama generasi berikutnya.
Uniknya, kitab yang men-syarh Muwatha’ ini tidak disusun berdasarkan urutan hadis dalam Muwatha’, melainkan berdasarkan abjad Syeikh-syeikh Imam Malik. Abjad yang digunakan juga bukan abjad biasa, melainkan abjad huruf Maghribiyah.
PMIK memiliki koleksi kitab at-Tamhid yang diterbitkan oleh Penerbit al-Faruq al-Hadisah yang sejumlah 18 jilid. Koleksi PMIK ini berdasarkan 7 Nusakh yang terdapat di berbagai perpustakaan dan museum di kawasan Jazirah Arab, Timur Tengah dan Eropa. Akan tetapi Muhaqqiq tidak menggunakan susunan at-Tamhid sebagaimana aslinya (berdasarkan syeikh Imam Malik). Muhaqqiq sengaja merubah susunan hadis dalam at-Tamhid berdasarkan urutan hadis dalam Muwatha Imam Malik.
Hal tersebut dilakukan bukan tanpa alasan. Karena dalam mukadimah at-Tamhid, Ibnu Abdil Barr sendiri telah mengisyaratkan untuk merombak susunan hadis di dalamnya, sesuai permintaan murid-murid beliau.
Sebenarnya Ibnu Abdil Barr telah memiliki karya lain yaitu “al-Istidzkar” yang merupakan syarh Muwatha’ dan disusun berdasarkan urutan hadis Muwatha’. Akan tetapi “al-Istidzkar” merupakan ringkasan dari “at-Tamhid”, sehingga meskipun disusun berdasarkan bab-bab fikih, tetap saja tidak selengkap at-Tamhid. Atas dasar di atas, muhaqqiq sengaja menyusun at-Tamhid berdasarkan urutan hadis Muwatha’, dengan tujuan-salah satunya agar pembaca dan penuntut ilmu dapat memanfaatkan kitab ini dengan lebih mudah.
*Komentar Abu Ali al Ghassani terhadap at-Tamhid, “Tak Seorangpun Mampu Menandingi Penulisan Kitab ini”
Jadi, tertarikkah antum dengan koleksi PMIK yang fenomenal ini?
Previous
Next Post »