KITAB MUWATHA’



HANYA KAU DAN AKU

Imam Malik (93 H-179 H). Beliau dikenal sebagai Imam Darul Hijrah. Ulama hadis dan fikih ini mulai berfatwa dalam usia yang cukup muda, 21 tahun, termasuk juga sebagai generasi awal yang telah berhasil menghimpun dan mengodifikasi hadis-hadis Rasulullah. 


Karena besarnya kecintaan beliau pada Nabi SAW, maka ia tak pernah menggunakan kendaraan apapun di Madinah. Saat ditanya tentang hal ini ia menjawab, ”Bagaimana mungkin aku menggunakan tunggangan, sedang kakinya menginjak tanah yang pernah dijejaki Rasulullah SAW?!”

Suatu ketika, di saat beliau menyampaikan hadis Rasululullah SAW, seekor kalajengking menyengatnya sebanyak 16 kali, sampai-sampai raut mukanya berubah karena menahan rasa sakit. Akan tetapi ia tetap bersabar dan sama sekali tidak memutus hadis yang disampaikan. Sehingga murid-murid beliau berdecak kagum karena begitu besarnya penghormatan beliau terhadap sabda Nabi Muhammad SAW.

KITAB MUWATHA’

Terdapat beberapa pendapat mengenai sebab penyusunan kitab al Muwatha milik Imam Malik. Salah satunya terdapat dalam sebuah riwayat, Imam Malik berkisah, pada saat musim haji, ia berjumpa dengan Abu Ja’far al Mansur (Khalifah Dinasti Abbasiyah). Kemudian Abu Ja’far berkata, ”Sungguh, tak tersisa seorangpun orang yang alim kecuali hanya aku dan engkau. Aku sibuk di politik, sedang engkau, tulislah sebuah kitab yang merangkum hadis dan fikih.” Seperti yang disarankan Abu Ja’far, Imam Malik pun menyusun kitab al Muwatha’.

Akan tetapi saat Abu Ja’far ingin menggantung kitab tersebut di Ka’bah dan meresmikan sekaligus memerintah rakyat untuk mengamalkannya-untuk menyatukan khilaf yang banyak terjadi, Imam Malik menolaknya. Hal ini mengingat banyaknya para sahabat yang terpencar di berbagai negeri, sehingga orang-orang juga meriwayatkan hadis selain dari ahlu Hijaz.

Kitab al Muwatha’ sendiri diriwayatkan oleh banyak penuntut ilmu, sebagaimana yang dikatakan Imam Suyuthi-terdapat sekitar 30-an riwayat. Di antara riwayat yang terkenal adalah riwayat Ibnu Mus’ab, Muhammad bin Hasan dan Yahya bin Yahya.

Yahya bin Yahya yang berasal dari negeri Andalusia, berperan besar dalam menyebarkan mazhab Maliki di belahan Barat. Sehingga al Muwatha’ riwayat Yahya bin Yahya menjadi yang paling masyhur di Andalusia. Oleh karenanya, Ibnu Abdil Bar dalam kitabnya at Tamhid-yang merupakan Syarh dari al Muwatha’- dan al Istidzkar menggunakan riwayat dari Yahya bin Yahya.

Salah satu koleksi yang dimiliki PMIK adalah al Muwatha’ riwayat Yahya bin Yahya-terdapat juga beberapa riwayat lain. Dengan pentahqiq DR. Basyar ‘Awwad Ma’ruf, pakar hadis asal Irak yang tidak diragukan lagi kualitasnya. Penasaran dengan kitab ini?

Kunjungi kami di
PMIK (Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo)
Indonesian Hostel, 8 Wahran St. 5th Floor
Rabea el-Adawea Nasr City Cairo Egypt
Previous
Next Post »