Nailul Author Syarah Muntaqal Akhbar Min Ahaditsi Sayyidil

Judul : Nailul Author Syarah Muntaqal Akhbar min Ahaditsi Sayyidil Akhyar
Penulis : Imam As-Syaukani
Penerbit : Darul Fikr (Beirut-Lebanon)
Jilid : 4 jilid
Biografi Beliau:
Imam As-Syaukani, nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah bin Al-Hasan As-Syaukani. Beliau lahir pada hari Senin, 28 Zulqaidah 1173/12 Juli 1760 M H. di daerah Syaukani, Sana’a (Ibu kota Yaman). Asy-Syaukani merupakan nisbah kepada Syaukan, sebuah perkampungan atau daerah yang terletak di wilayah As-Suhamiyyah. Suhamiyyah sendiri merupakan salah satu qabilah Al-Haulan. ia terletak sekitar satu perjalanan (dengan unta) dari Shana’a, ibu kota yaman. Sejak kecil beliau memang gemar mempelajari ilmu agama, ayahnya adalah seorang ulama besar dan juga seorang Qodi (mahkamah/hakim pengadilan) di sana’a. Bahkan dalam usianya yang dini sudah hapal Al-Qur’an dengan tajwidnya yang sempurna layaknya bacaan para hufaz dan hapal berbagai matan dalam waktu singkat, begitulah kecerdasan beliau. 
Seiring itu beliau juga banyak belajar dengan ulama-ulama Yaman dan mengahadiri majelis-majelisnya, bahkan tidak merasa cukup dengan yang di ajarkan gurunya, beliau juga membaca sendiri kitab-kitab yang ia rasa sangat dibutuhkan untuk dirinya.Beliau mencurah seluruh tenaganya untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu hingga ia unggul dalam memahami banyak ilmu agama, bahkan banyak dari teman-temannya mendatangi beliau untuk belajar mengambil istifadah kepadanya. Sehingga keseharian beliau hanyalah talaqqi kepada para masyayikh dan mengajari teman-temanya.
Pada usia 20 th, Beliau menjadi sandaran fatwa dan banyak murid-murid beliau yang haus untuk menimba ilmu kepadanya. Banyak fatwa-fatwa beliau yang dipakai dan menjadi sandaran khususnya daerah shana’a. Bahkan daerah-daerah lain kota yaman juga memakai fatwa-fatwa beliau. Sampai pada usia 36 th, beliau menjadi Qodi (Mahkamah agung) umum kota yaman.
Guru-gurunya:
1. Ayahnya sendiri, Al-Qodi Ali bin Muhammad As-Syaukani (wafat 1211 H) jika kita prediksikan antara kelahiran imam syaukani dengan wafat ayahnya, berkisar 38 th.
2. Imam Abdul Qodir bin Ahmad Al-Kaukabani (wafat 1207 H), Ulama Hadits di Yaman.
3. Imam Al-Qosim bin Yahya Al-Khoulani (wafat 1209 H), Mujtahid Fikih di kota Yaman.
4. Hasan bin Ismail Al-Maghribi (wafat 1208 H), Guru Mantiq Imam Syaukani.
5. Imam Ahmad bin ‘Amir (wafat 1197 H)
6. Imam Yahya bin Muhammad Al-Hautsi (wafat 1247 H)
7. Al-Qodi Abdurrahman bin Hasan Al-Akau’i (wafat 1206 H)
8. Ali bin Ibrahim bin Ali (wafat 1207)
9. Abdurrahman bin Qosim Al-Madani
10. Ahmad bin Muhammad Al-Hirozi
11. Ismail bin Hasan bin Ahmad
12. Abdullah bin Isma’il Al-Hatami
13. Hadi bin Isma’I Al-qorani


Murid-Muridnya:
1. Anaknya, Ali bin Muhammad As-Syaukani, lahir 1217 H. Ayahya sekaligus gurunya. Dalam hidupnya beliau mengarang kitab “Al-Qoul As-Syafi As-Sadid fi Nashi Al-Maqolid wa Irsyad Al-Mustafid.” Wafat 1250 H (sebelum wafat ayahnya)
2. Anaknya, Ahmad bin Muhammad As-Syaukani, lahir 1229 H. juga dengan didikan ayahnya sendiri. Sehingga belia menjadi qodi di daerah sana’ah, bahkan masyarakat disana memberi gelar kepada beliau dengan sebutan “Al-Qodi Arhama Rahimin” dan juga mengarang kitab “Kasyaf Ar-Roibah Fi Zajri ‘Anil Ghoibah” (wafat 1281 H).
3. Muhammad bin Hasan bin ‘Ali As-Syajani, lahir 1200 H. Beliau adalah sahabatnya Imam Syaukani dan mengarang kitab “At-Taqshor” yaitu menjelaskan Kisah Imam Syaukani, guru-gurunya dan murid-muridnya (wafat 1286 H).
4. Muhammad bin Ahmad As-Sauda, lahir 1178 H. juga sahabat Imam Syaukani (wafat 1226 H)
5. ‘Ali bin Ahmad Hajir As-Shun’ani, lahir 1180 H. mendalami Ilmu Falsafah dan Mahir Ilmu Mantiq. Beliau menjadi kaki tangan imam Syaukani, dan menggantikan mengajar ketika Imam Syaukani berhalangan (wafat 1235 H)
6. Ahmad bin’Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Adh-Dhimdi, beliau mengarang kitab “Masyariqul Anwar” kitab fikih 4 jilid, dan “Syarah Mulhatul I’rob” kitab nahu, wafat 1222 H.


Karya-Karya Imam Syaukani:
Karya beliau sangat banyak, hingga mencapai 118 kitab hasil karyanya sendiri. Beberapa diantaranya:
1. “Fathul Qodir: Al-Jami’ Baina Fani Ar-Riwayah wal Diroyah min ‘Ilmi At-Tafsir” ada 5 jilid
2. Nailul Author Syarah Muntaqol Akhbar
3. Irsyadul Fuhul ila Tahqiq min ‘Ilmil Ushul
4. Ad-Dur An-Nadir fi Ikhlas Kalimah At-Tauhid
Dan lain-lainnya.


Wafat:
Beliau wafat pada hari Rabu, 26 Jumadil Akhir 1250 H / Rabu, 29 Oktober 1834 M, di usia kurang lebih 75 tahun.


Sekilas Tentang Kitab Nailul Author:
Setelah saya survei, kitab Nailul Author ini cetakannya banyak, ada dari maktabah mashri Al-Qohiro (8 jilid), maktabah taufiqiyah Al-Qohiro (9 jilid), maktabah fikriyah Beirut-Lebanon (4 jilid) dan lain sebagainya. Semua itu dengan harga yang berbeda-beda, untuk saat ini harganya berkisar dari 200-500 Le. 
Nailul Author, nama lengkap kitabnya adalah “Nailul Author Syarhu Muntaqol Akhbar min Ahaditsi Sayyidil Akhyar.” kurang lebih maknaya adalah “Menggapai Keinginan, penjelasan kitab muntaqol akhbar (berita pilihan) dari hadits-hadits pemuka orang yang terpilih”
Dari judulnya saja sudah bisa kita tebak bahwa kitab ini adalah penjelasan dari sebuah kitab yang mengumpulkan hadits-hadits Nabi Saw.
Kitab Nailul Author adalah kitab hadits yang berisi tentang hukum-hukum permasalahan fikih. Banyak para ulama yang menulis kitab hadits berisi tentang hukum-hukum, diantaranya:
1. Al-Hafizh Abu Muhammad Abdul Ghoni Al-Maqdisi Al-Hanbali, beliau mengumpulkan Hadist-Hadist yang mengarah kepada hukum-hukum fikih, nama kitabnya “’Umdatul Ahkam min Saidil Anam.” Kitab ini juga menjadi referensi dalam memahai permasalahan fikih yang di ambil dari hadits-hadist pilihan dalam kitab Bukhori dan Muslim.
2. Kemudian, kitab ‘Umdatul Ahkam di syarah lagi oleh Al-Hafizh Al-Mujtahid Syaikhul Islam Ibnu Daqiq Al-‘Aid, nama kitabnya “Ihkamul Ahkam fi Syarhi ‘Umdatul Ahkam.” 
3. Dan juga karangan Ibnu Daqiq Al-‘Aid yaitu kitab “Al-Imam bi Ahaditsil Ahkam.” 
4. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani “Bulughul Marom min Ahaditsil Ahkam” kitab ini juga merupakan kitab hadits yang disusun berdasarkan bab-bab fikih dan memuat hadits-hadits yang dijadikan sumber pengambilan hukum fikih (istinbath) oleh para ahli fikih.
5. Kitab Bulughul Maram di syarah lagi oleh banyak ulama, salah satunya oleh Muhammad bin Isma’il Ash-Shun’ani, dengan kitabnya “Subulus Salam Syarah Bulughul Maram” 
6. Kemudian kitabnya Imam Ibnu Taimiyah Jaddul Islam yaitu “Al-Muntaqol Akhbar” kitab hadits yang memaparkan permasalahan hukum fikih juga, dan kitab ini diambil dari hadits kutubu tis’ah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad, Muwatha’ Imam Malik, Sunan Darimi). Nailul Authar merupakan penjelasan dan perincian dari hadits-hadits yang termaktub di dalam kitab “Al-Muntaqa fil Ahkamisy Syar’Iyyah min Kalami Khairil Bariyyah.” Sebuah karya besar dari seorang ulama yang bernama Majdudin Abul Barakat Abdus Salam bin Abdillah bin Al-Khodir bin Muhammad bin Ali Al-Harrani Ibnu Taimiyah. Beliau merupakan kakek dari Ahmad bin Abdil Halim Ibnu Taimiyah, yang sering kita dengar disebut “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.”
7. Dan di syarah oleh Imam Syaukani dengan nama kitabnya “Nailul Author Syarah Muntaqol Akhbar min Ahaditsi Sayyidil Akhyar.”


Perbedaan kitab Nailul Author dari kitab-kitab yang lain adalah:
1. Mencantumkan takhrij hadits (sumber riwayat hadits), Turuq hadits (jalur pengambilan hadist dari sanad yang berbeda namun satu jalur hingga sampai kepada satu sahabat), lafaz-lafaz yang ikhtilaf seperti, apakah ini shahih atau dho’if.
2. Mengungkapkan makna lafaz-lafaz hadits, menjelaskan qoul para ulama, menjelaskan pengambilannya dari mana, baik dari ulama mazhab, sahabat ataupun tabi’in.
3. Istinbath, pengambilan hukum fikihnya jelas, kaedah ushulnya jelas baik secara juz’iyyah atau far’iyyah atau menjelaskan dalil-dalilnya itu diambil dari ulama-ulama terkemuka.
Luas Pembahasan Hukum-hukum fikihnya, setiap hukum kita bisa mengetahui dalil-dalil haditsnya, sangat bermanfaat bagi yang memilikinya.




Selama Resensi berlansung di PMIK, ada 2 Pertanyaan:
1. Ada yang bilang, imam syaukani itu syi’ah?
2. bagaiman metode penulisannya?
jawab:
1. Jika Imam Syaukani adalah Syi’ah,
maka perlu kita ketahui bahwa Syia’ah itu terbagi tiga:
1) Syi’ah Zaidiyah
2) Syi’ah Rafidhah
3) Syi’ah Ghulat
Dari tiga ini, ada cabang-cabangnya lagi.
Menurut para ulama, aliran Zaidiyah paling dekat dengan Sunni pemikirannya (Ahlu Sunnah wal Jama’ah). Rafidhah tidak mengakui tiga khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman) sebelum sahabat Ali. Sedangkan Ghulat di karenakan kelompok ini berlebih-lebihan sampai menuhankan Ali (tidak termasuk Islam). 
Jadi Imam Syaukani kalaupun syia’ah kemungkinan dari aliran Zaidiyah, apalagi Yaman banyak disebutkan kalaupun ada yang syia’ah, banyak yang menganut Syia’ah Zaidiyah. 
Wallahu a’lam.
by Firli Fathulaily (Mahasiswa S1 Al-Azhar Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Falsafah)


Pengambilan hadits yang perawihnya dari kalangan syia’ah, itu dibolehkan selama hadits itu tidak berkaitan dengan firqoh-firqoh (pemikiran kelompok-kelompok tertentu) dan perawihnya Tsiqoh/Dobith. (lengkapnya lihat dalam muqarar tingkat 3 ushuluddin dalam kitab Al-Irsyad Ila Kaifiyati Dirasatil Isnad, pada Fashl 3 Hukum Riwayat Al-Mutadi’).
by Muhammad Aditia wirawan (Mahasiswa S1 Al-Azhar Fakultas Ushuluddin Jurusan Hadits)


Kutipan dari ustadz Hidayatullah, “Tak peduli aliran apa yang dianut sang penulis, baik tulisan dari firqoh manapun seperti dari syi’ah, salafi, wahabi, mu’tazilah dan lain sebagainya, selama penulisannya itu menggunakan metode penulisan ilmiah, maka tidak ada alasan untuk tidak diterima, bisa di ambil dan dijadikan sebagai bahan rujukan”. Contoh kitab Tafsir Al-Kasyaf karya Zamakhsyari. Beliau Mu’tazilah tetapi kitabnya dikaji di Masjid Al-Azhar.
by Zakiyah Fikriyah Rahman (Mahasiswa S1 Fakultas Sastra Arab)


2. Metode penulisannya seperti hadits tahlili, yaitu perkata. Penjelasan syarahnya menggunakan metode perkata, dalama artian setiap kata dalam kalimat tersebut di syarahkan/ di jabarkan dengan detail (lebih di perjelas lagi).


Resensi ini ditulis oleh: 

Juli Asmardi Putra (Mahasiswa S1 Al-Azhar Fakultas Ushuluddin)

Previous
Next Post »